Bumi dan Layangan


Aditia "Kucluk" Ardiana
Mahasiswa Pecinta Alam Civic Hukum


Sebuah judul yang mendeskripsikan saat ini “Bumi dan Layangan” ayo kita berimajinasi sedikit. Bumi dan layang – layang dua buah benda yang memiliki persamaan yang luar biasa. Pertamaa mereka berwujud karena ada penciptanya, bumi diciptakan oleh tuhan sedangkan layangan oleh manusi. Keduanya dikendalikan oleh satu pusat dimana pusat tersebut dapat mengontrol aras pergerakan agar bisa terciptanya keselarasan. Dua buah benda ini terletak jauh diatas sana tidak bisa digenggam oleh manusia atau yang lainnya, mereka menari – nari dengan indah seperti layaknya seorang penari.
            Ketika aku daki dari gunung ke gunung Di sana kutemui kejanggalan makna Banyak pepohonan merintih kesakitan Dikuliti pisaumu yang tak pernah diam Batu-batu cadas merintih kesakitan Ditikam belatimu yang tak pernah ayal Hanya untuk mengumumkan pada khalayak Bahwa kau pernah menaklakukannya. Hal ini sudah melanggar dari peraturan Ketika sedang berkegiatan di alam bebas seperti jangan mengambil apapun kecuali gambar, jangan meninggalkan apapun kecuali jejak , dan yang terakhir jangan membunuh apapun kecuali waktu. Walaupun sebenarnya kau hanya ingin menikmati alam sebisa mungkin tapi setidaknya harus bisa melaksanakan peraturan tersebut.
            Memang benar bahwa dalam UUD 1945 Pasal 33 (3).  “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat”. Tapi bukan seperti itu cara menikmati alam tidak perlu kau ambil semua cukup sedikit lalu sisakan buat yang lain karena dibumi ini bukan hanya kau saja tapi masih banyak yang lain. Maka dari itu kau perlu menjaganya dengan baik seperti dalam surat Al -Araf ayat 56 yang berbunyi “dan janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepadanya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang – orang yang berbuat kebaikan”.Sudah jelas juga dalam Al – Quran bahwa bumi dan seisinya merupakan ciptaan tuhan yang patut dijaga demi demi keberlangsungan makhluk.  

            Hari ini bumi menghadapi masalah lingkungan yang serius. Ada beberapa masalah lingkungan utama seperti perubahan iklim global, pengelolaan limbah, kelangkaan air, ledakan populasi, menipisnya sumber daya alam, kepunahan tanaman dan hewan, perusakan habitat alam, meningkatnya polusi dan kemiskinan. Aktivitas kami di bumi ini sangat tergantung pada lingkungan. Itu karena semua yang kita butuhkan untuk mempertahankan kehidupan berasal dari lingkungan. Namun, sangat disayangkan jika kita menyaksikan fakta ini. Tuntutan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup seringkali membuat kita lupa. Segala sesuatu di dunia kita terkuras, tanpa memikirkan akibatnya bagi diri kita sendiri dan makhluk hidup lainnya.
22 April setiap tahun dirayakan di seluruh dunia sebagai Hari Bumi. Catatan sejarah, peringatan Hari Bumi (Earth Day) pertama kali diadakan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat. Inisiatornya adalah Gaylord Nelson, senator Amerika Serikat dari Wisconsin yang juga seorang guru lingkungan. Kenapa harus tanggal 22 april karena pada saat itu hampir 20 juta penduduk Amerika serikat masyarakat maupun pelajar menanam bunga dan tumbuhan di taman dan auditorium untuk mengkapanyekan Kesehatan dan kelestarian lingkungan hal ini berkelanjutan sampai saat ini. Seharusnya kegiatan ini dilakukan setiap hari saja mungkin bumi ini akan dipenuhi oleh kehidupan yang segar, tanpa adanya polusi dimana – mana dan manusia akan bebas menghirup udara segar kapan pun tanpa harus membayarnya.
Bila masalah alam dengan serius ini terus menerus meningkat maka akan seperti sebuah layangan yang putus, terombang ambing tak terarah dan akhirnya tidak bisa dipakai lagi karena sudah hancur. Saya sebagai penulis hanya bisa mengucapkan “Oh alam.. korban keangkuhan Maafkan mereka yang tak mau mengerti Arti kehidupan…”. kalimat Bumi dan layanganlah yang bisa digambarkan saat ini. Kita hanya perlu memainkan keindahan ini tanpa harus menghancurkannya.

Avignam Jagat Samagram, Salam Lestari !

Post a Comment

0 Comments