Karina "Gempor"Asiyah D
Citra merupakan
sesuatu yang bersifat abstrak karena berhubungan dengan keyakinan, ide dan
kesan yang di peroleh dari suatu objek tertentu baik dirasakan secara langsung,
melalui panca indra maupun mendapatkan informasi dari suatu sumber. Seperti
yang dijelaskan oleh Roesady, citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan
kesan seseorang terhadap suatu objek tertentu. (Ruslan, 2010: 80). Banyak
pandangan yang salah atau bahkan ketinggalan zaman tentang mapala.
Ditengah
pemuda lainnya yang lebih memilih menghabiskan waktu untuk kuliah atau mencari
hiburan di mal, kedai kopi dan tempat semacamnya mereka lebih memilih untuk
pergi ke alam terbuka yang jauh dari kata nyaman dan mapan, siapa lagi kalau
bukan mahasiswa pecinta alam. Dengan ketertarikan pada hal yang sama tentunya
mahasiswa pecinta alam tergabung dalam suatu organisasi baik itu ditingkat
perguruan tinggi, fakultas maupun departemen.
Pandangan
yang mungkin akan selalu ada pada mahasiswa pecinta alam adalah suatu kehidupan
yang bebas dan terkadang terlihat seperti semaunya. Tak heran apabila banyak
yang mengecap mapala adalah kepanjangan dari mahasiswa paling lama. Anggota
mapala dicap jarang masuk kuliah kemudian nilai mereka jelek dan banyak
mengulang mata kuliah. Di lingkungan mapala sendiri terkadang tabu membicarakan
masalah perkuliahan, apalagi sampai menanyakan angkatan kuliah, kapan lulus dan
pertanyaan seputar akademis.
Penampilan
seorang pecinta alam juga dapat menggambarkan kehidupan mereka yang bebas.
Rambut gondrong, dekil, anti kemapanan, berpakaian lusuh, kumal, memakai gelang
tali perusik banyak ditangan dan kalung menjadi salah satu gambaran umum yang
sering digambarkan masyarakat.
Pecinta
alam juga identik dengan kegiatan
outdoor, yang menjadi sarana menyalurkan rasa cintanya terhadap alam. Dalam
berbagai kondisi lingkungan yang berbeda-beda diharapkan bisa melewatinya
dengan baik. Setiap aktivitas di lapangan anggota dilatih untuk siap menghadapi
segala kondisi. Tidak ada perbedaan gender ketika dilapangan baik perempuan
maupun laki-laki mereka memiliki tanggung jawab yang sama.
Kegiatan
mapala selain naik gunung atau susur goa, panjat tebing, arum jeram, dan
kegiatan petualang lainnya ternyata ada kegiatan yang dikategorikan non
petualangan. Pecinta alam juga melakukan kegiatan seperti penelitian atau
pengabdian pada masyarakat dan konservasi. Kegiatan ini dilakukan untuk
menunjukan kontribusi nyata organisasi pecinta alam terhadap lingkungan.
Contoh
sederhananya adalah dengan tidak meninggalkan sampah pribadi yang dibawa di
sembarangan tempat. Biasanya diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap barang
bawaannya masing-masing dengan dibawa pulang sampai nanti menemukan tempat
sampah. Selain itu kegiatan penanaman bibit pohon biasanya menjadi agenda tiap
tahunnya bagi pecinta alam sebagai komitmennya akan cinta terhadap alam.
Kontribusi
mereka melalaui kegiatan ini tidak diragukan lagi, meski dengan berjalannya
kegiatan tersebut banyak yang mereka
korbankan seperti kehidupan normal mahasiswa lainnya. Tentunya juga pandangan
masyarakat akan kehidupan mapala yang seenaknya harus diperbaiki karena tidak
semua mahasiswa yang tergabung dalam kegiatan pecinta alam itu sama. Bahkan sebenarnya mapala bisa jadi
bagian dari pelestarian lingkungan yang sekarang sedang sakit.
Referensi:
A, Jalu Lintang Y. (2016) .
Pecinta Alam Sebagai Bentuk Peran Pemuda di Tengah Tantangan Kehidupan Kota. Jurnal Studi Pemuda Volume 5 No 2 (hlm.
447-466).
Rosady, Ruslan. (2010). Management Public Relation dan
Media Komunikasi.
Jakarta : Rajawali Press.
0 Comments