Winda “Gadag” Indriyani S
33.07.BP.MPC.18
Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki setumpuk
keinginan dan berbagai macam kebutuhan. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya
keinginan dan kebutuhan merupakan sesuatu yang silih berganti merasuki alam
pikiran dan kehidupan manusia. Manusia sering dijuluki sebagai the wanting creature.
Julukan ini menyiratkan bahwa keinginan, kebutuhan, dan upaya untuk mencapai
titik kepuasan merupakan kodrat manusia yang selalu melekat pada diri seseorang.
Maka kodrat inilah yang mendorong dan memotivasi seseorang dalam melakukan
berbagai macam tindakan demi memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Satu hal yang tidak bisa disangkal oleh kita semua
bahwasanya manusia tidak akan pernah bisa lepas dari manusia yang lainnya, dan
sesungguhnya manusia adalah makhluk yang berorganisasi. Sehingga tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa manusia sejak
dilahirkan hingga meninggal pun selalu membutuhkan dan berhubungan dengan
organisasi. Akibat yang ditimbulkannya adalah organisasi tumbuh menjamur di
sekitar kita dan bahkan memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Semua itu
karena manusia memang sangat membutuhkan organisasi.
Secara harfiah, kata
organisasi berasal dari bahasa Yunani organon yang berarti alat bantu
atau instrumen. Dilihat dari asal katanya, organisasi pada dasarnya adalah alat
bantu yang sengaja didirikan atau diciptakan untuk membantu manusia memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuannya.
Memilih organisasi yang akan diikuti merupakan sebuah
keputusan dan pertimbangan dari hati dan akal seseorang. Maka sangat dianjurkan
ketika memilih sebuah organisasi bukan karena keterpaksaan atau ajakan teman.
Ketika kita memilih masuk kedalam sebuah organisasi maka kita harus tahu nilai
baik dan buruknya, agar kita tidak terjebak dalam sebuah lingkungan yang
ternyata kita tidak bisa beradaptasi didalamnya. Banyak sekali kecenderungan
atau alasan seseorang mengikuti sebuah organisasi, diantaranya karena seseorang
menyukai organisasi tersebut, visi misinya sesuai dengan yang diinginkan,
orang-orang di dalam organisasi tersebut mampu memotivasi orang lain sehingga muncul
keinginan untuk berada didalam sebuah organisasi yang sama, atau juga seseorang
meyakini bahwa dengan mengikuti organisasi tersebut akan menjadi jalan untuk
tujuan hidup selanjutnya.
Kita perlu garis bawahi bahwasanya orang-orang yang
terkumpul dalam sebuah organisasi merupakan individu-individu yang mempunyai kepentingan,
orientasi, dan harapan yang sama. Oleh
karena itu, mereka yang tergabung
dalam organisasi tersebut lambat laun akan membangun mental
programming yang bisa diterima oleh semua (atau paling tidak sebagian
besar) anggota kelompok. Mental programming yang terbentuk dalam sebuah
kelompok inilah yang disebut collective mental programming. Wujud dari collective
mental programming adalah terbentuknya norma perilaku kelompok. Sehingga dengan demikian setiap organisasi akan memiliki
ciri khasnya tersendiri dan memunculkan identitas baru terhadap
anggota-anggotanya sehingga akan membedakannya dengan individu di organisasi
yang lain.
Orang yang terlibat dalam organisasi sepatutnya mampu
bertanggungjawab atas organisasinya. Karena seperti yang sudah dibahas
sebelumnya bahwa mengikuti atau memilih organisasi merupakan sebuah keputusan
dan pertimbangan dari hati dan akal manusia itu sediri. Oleh sebab itu tanggung
jawab dan komitmen harus dikedepankan. Karena sejatinya sebuah organisasi akan
kokoh dan eksis jika ada tanggung jawab dan komitmen dari anggota-anggotanya
dan jika tidak ada maka organisasi tersebut akan hancur. Loyalitas pun disini sangat
dibutuhkan, karena loyalitas erat kaitannya dengan kesetiaan. Seorang anggota
yang memiliki loyalitas terhadap organisasinya memiliki kesadaran pribadi untuk
memanfaatkan semua potensi yang ada dalam dirinya demi kemajuan organisasi.
Namun seringkali kita temui dilapangan adakalanya seorang
anggota tidak memiliki kesadaran bahkan loyalitas terhadap organisasinya dan
justru sebaliknya seseorang tersebut seakan-akan menjadi benalu atau
pengkhianat di dalam organisasi yang diikutinya. Hal ini patut menjadi
perhatian kita sebagai aktivis organisasi. Jika kita menemui orang yang
demikian maka ada empat kemungkinan, yang pertama ia tidak bisa berdapatasi
dengan organisasi yang diikutinya sehigga akan sangat sulit dalam memunculkan
loyalitasnya terhadap organisasi yang ia ikuti. Kedua, ia tidak mendapatkan feel
atau makna kekeluargaan dalam organisasi tersebut sehingga ia tidak mau
terlibat dalam kegiatan apapun yang diselenggarakan. Ketiga organisasi sudah
bukan prioritas utamanya lagi, dan yang keempat, ia sesungguhnya tidak mau ada
dalam organisasi tersebut dan justru ingin menghancurkan organisasinya dengan
maksud dan tujuan yang lain.
Keempat faktor tersebut sangatlah mungkin terjadi, oleh
sebab itu untuk meminimalisir orang-orang tersebut ada dalam sebuah organisasi
maka yang perlu dilakukan yaitu organisasi disini harusnya mampu menumbuhkan sense
of belonging antar anggotanya, ruh atau hakikat organisasi harus tetap
terjaga dan tidak boleh berubah karena jika berubah akan merusak kepentingan,
orientasi, dan harapan anggota yang
ada didalamnya dan yang terakhir harus mampu menjaga eksistensi untuk
menstimulus anggotanya agar bisa lebih berkembang dan bersaing dengan
orang-orang di organisasi yang lain.
Selaras dengan pembahasan diawal, bahwasanya seseorang
mengikuti organisasi merupakan sebuah kebutuhan hidup maka jadikanlah
organisasi sebagai tempat kita menimba ilmu dan menambah relasi. Jika kita
sudah tidak nyaman dan tidak menemukan apa yang kita cari dalam orgnasisasi
yang kita ikuti, maka sebaiknya tidak perlu memaksakan diri kita lagi untuk
tetap bertahan didalam organisasi tersebut. Karena sesungguhnya seseorang akan
berkembang dan sukses dalam sebuah organisasi ketika ia mampu memanfaatkan
semua potensinya dan ikhlas serta patuh dengan aturan-aturan yang ada dalam
organisasi yang ia ikutinya.
0 Comments