Mabim Kealaman: Meningkatkan Pengetahuan Caving dengan Single Rope Technique (SRT)

 Oleh:
Tira 'Goak' Cantika


    Hari Sabtu, 13 Maret 2021, telah diadakannya Masa Bimbingan Siswa yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum (MAPACH) UPI Bandung. Kegiatan yang merupakan salah satu rangkaian kaderisasi Siswa MAPACH ini, dimulai pada pukul 13.00 WIB dan diadakan secara daring (online). Masa bimbingan bertujuan untuk meningkatkan wawasan keilmuan baik itu secara teori maupun praktik khususnya mengenai bidang kealaman yang wajib diinternalisasikan oleh seorang Mapala sejati. Tema yang diusung pada Masa Bimbingan kali ini yakni “Meningkatkan Pengetahuan Caving dengan Single Rope Technique (SRT)”. Dengan dihadiri para siswa, pengurus, dan beberapa anggota kehormatan dari MAPACH, keberlangsungan acara yang dimoderatori oleh Akmal “Zopo” Darojat ini pun dapat berjalan lancar hingga rangkaian terakhir.

Adapun untuk mengisi pematerian mengenai SRT ini, kami berinisiatif mengundang seseorang yang sudah cukup kompeten di bidangnya yaitu Kang Islah Munawar yang berasal dari salah satu organisasi pecinta alam di FPIPS UPI juga yakni Jantera. Beliau termasuk dalam Divisi Caving sekaligus sebagai Ketua Adat Jantera yang ternyata telah memiliki banyak pengalaman luar biasa dalam melakukan kegiatan Caving ini. Selain itu, beliau pun merupakan salah satu anggota dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) dan telah turut berpartisipasi pula dalam sejumlah ekspedisi di Indonesia di antaranya yaitu, Ekspedisi Antareja di Sukabumi, Penelusuruan Goa Cibalukbuk & Sanghyang Lawang di Kab. Bandung Barat, dan Penelusuran Goa Bojong & Goa Taraje di Tasikmalaya.

Mula-mula, pemateri mengawali acara ini dengan menyapa dan memberikan salam hangat untuk para peserta yang ada di room Zoom Meetings, tak lupa juga untuk memberikan awalan manis untuk membangkitkan semangat seluruh peserta dengan menyerukan salah satu kata mutiara dari Bapak Dahlan Iskan yang berbunyi “Tuhan menaruhmu di tempat yang sekarang, bukan karena kebetulan. Orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan air mata.” Acara dilanjut dengan pengenalan materi terlebih dahulu mengenai Caving secara jelas agar para peserta khususnya Siswa MAPACH dapat mengerti apa itu caving sebelum masuk ke pemaparan lebih detailnya. Kang Islah pun mengajak para peserta dengan memberikan kesempatan untuk menjelaskan terlebih dahulu apa itu caving sesuai dengan pemahamannya masing-masing. Setelah itu, melanjutkan pemaparannya lebih dalam menggunakan salindia khusus dan dilengkapi gambar mengenai materi yang berkaitan.

Pemaparan pertama diawali dengan penjelasan mengenai Rigging atau teknik pemasangan tali. Teknik pemasangan tali ini dapat dilakukan pada medan vertikal, horizontal, maupun lintasan untuk rescue. Dalam mengaplikasikannya, tentu memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu; aman dan dapat untuk dilewati tim, tidak merusak peralatan lainnya, dan siap jika digunakan dalam keadaan emergency. Kemudian masuk ke materi kedua yaitu mengenai anchor atau suatu titik yang digunakan untuk dijadikan sebuah tambatan saat melakukan caving. Anchor ini memiliki 2 (dua) jenis, di antaranya : 1) Natural Anchor (tambatan alam), seperti pada pohon, lubang tembus, rekahan, chock stone, Tanduk, atau bongkahan batu dan 2) Anchor buatan yang biasa disebut dengan hanger. Beliau pun menjelaskan mengenai macam-macam simpul yang dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan caving ini, beberapa di antaranya yakni simpul mati, simpul jangkar instan, simpul 8 follow, dan simpul rantai.

            Memasuki pembahasan ke inti materi yaitu Single Rope Technique (SRT), beliau menjelaskan bahwa SRT ini merupakan suatu keahlian yang dimiliki seseorang dalam bergerak dalam sebuah lintasan vertikal dengan mengandalkan satu tali. Biasanya, teknik ini kerap kali digunakan dalam penelusuran gua-gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan naik turunnya. Terdapat 2 (teknik) inti dalam SRT, yait

  1. Ascending yaitu meniti tali untuk naik ke atas dengan menggunakan alat Ascender
  2. Descending, yaitu teknik menuruni tali dengan menggunakan peralatan yang disebut descender.

Selain penjelasan secara gamblang mengenai teknik inti di atas, dibahas pula bahwa dalam melakukan SRT ini terdapat berbagai jenis lintasan medan, dan dalam melakukannya, penting sekali setiap orang untuk menggunakan peralatan khusus untuk menunjang keamanan diri. Beliau pun menjelaskan mengenai peralatan dilengkapi dengan menunjukkan langsung alat tersebut agar peserta lebih paham dan lebih ingat nantinya. Adapun sistem dalam SRT ini terbagi dalam 6 (enam) sistem, di antaranya ialah :

  1. Texas System
  2. Rope Walker System
  3. Michele System
  4. Floating Cam System
  5. Jumar System
  6. Frog Rig System (yang paling sering digunakan)

Pemaparan kali ini pun diakhiri dengan beberapa tips yang diberikan oleh Kang Islah sendiri dalam melakukan caving atau SRT. SRT selain digunakan untuk melatih skill kealaman seorang pecinta alam, teknik ini pun bermanfaat dalam beberapa hal misalnya dalam penyelamatan hewan atau manusia yang terjebak dalam gua. Perlu diingat oleh kita semua bahwa dalam melakukan latihan ini, yang paling penting dan utama yaitu wajib memakai peralatan yang mutu dan kekuatannya telah memenuhi standar dan pastinya harus di bawah pengawasan ahli guna terhindar dari kecelakaan di gua yang bisa menimpa orang lain atau bahkan diri sendiri.

Masuk ke rangkaian kegiatan berikutnya, agar kegiatan Masa Bimbingan ini berjalan lebih hidup dan dinamis, maka dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini, para peserta terlihat cukup antusias dan terdapat beberapa peserta yang mengajukan pertanyaan. Setelah semua pertanyaan terjawab dengan jawaban yang luar biasa dari pemateri, acara pun ditutup dengan penyerahan sertifikat untuk pemateri oleh Ketua Adat MAPACH, Kang Arya Destian dan dilanjut dengan sesi foto bersama.

Dengan demikian, berakhir sudah kegiatan Masa Bimbingan Siswa kali ini. Sebagai seorang pecinta alam yang memiliki pribadi tangguh dan sejati, tak lengkap rasanya jika hanya memanfaatkan alam demi kesenangan namun tidak diimplementasikan dalam sebuah upaya kemanusiaan. Ternyata, bentuk kepedulian pecinta alam terhadap kemanusiaan ini memiliki dampak yang besar pula guna menghalau tantangan kehidupan yang akan kian berdatangan di depan nanti. Tidak ada salahnya jika saat berkegiatan di alam bebas, kita tak hanya menikmatinya saja, lebih dari pada itu, kita mampu menorehkan sumbangsih kemanusiaan dan menebarkan asas kebermanfaatan bagi sesama. Karena sejatinya, sekecil apapun langkah baik yang kita lakukan dengan alam, setiap langkah itu juga alam akan memberikanmu penghargaan indah yang tak mampu diberikan oleh seseorang.


Post a Comment

0 Comments