DIGAS (Diklanjut Giri Amerta Sinatria) MAPACH UPI



Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum (MAPACH) FPIPS UPI mengadakan kegiatan DIGAS (Diklanjut Giri Amerta Sinatria) di Desa Cibeurem, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Minggu- rabu (27-30/08/2023). Kegiatan yang bertemakan “Implikasi Penelitian dan Pengabdian sebagai Perwujudan Bakti Pada Negeri melalui Pengamalan Civics Competemce”. Kegiatan ini merupakan rangkaian kaderisasi Brigade 38. Adapun maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan ini, yakni:

1. Acara ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pemulihan pendidikan setelah bencana gempa

2. Kegiatan ini diharapkan dapat merumuskan solusi berkelanjutan dalam menghadapi tantangan pendidikan pasca bencana serta membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi darurat.

Beberapa siswa belum mengetahui tentang antisipasi terhadap bencana gempa, selain itu siswa juga tidak mengetahui bencana-bencana yang rawan terjadi di Cianjur, dan  bagaimana antisipasi serta tindakan apa yang sekiranya bisa mengurangi resiko akibat gempa.

Pelaksanaan DIGAS diawali dengan apel pagi dengan pembina dari SMP PGRI Cugenang yaitu bapak Reza sebagai perwakilan dari SMP. Setelah apel selesai siswa langsung diarahkan masuk ke posko untuk mengikuti pematerian. Pematerian diawali dengan sambutan dari ketua pelaksana, ketua adat mapach kemudian bagian kesiswaan atau yang mewakili sekaligus membuka acara seminar mitigasi dan simulasi bencana. Bagian kesiswaan atau yang mewakili meminta maaf atas ketidakhadiran kepala sekolah dan bagian kesiswa karena ada satu dan lain hal, selain itu beliau juga mengucapkan terimakasih karena sudah mendatangkan pihak BPBD untuk mengisi pematerian.

Dalam sesi pemeterian dijelaskan bahwa Jawa Barat memiliki satu gunung aktif yang dikenal sebagai gunung api Gede Pangrango. Kabupaten Cianjur, sebagai bagian dari provinsi ini, memiliki sejumlah potensi bencana yang perlu diperhatikan. Kabupaten Cianjur terletak di dekat sesar Cimandiri, sesar Lembang, dan sesar Daribli, yang semuanya berpotensi menjadi sumber gempa bumi. Gempa dapat menyebabkan dampak serius, seperti kerusakan bangunan dan infrastruktur, serta berpotensi menyebabkan korban jiwa, luka-luka, dan dampak psikologis pada masyarakat setempat.

Dampak bencana pada anak-anak di Kabupaten Cianjur meliputi dampak fisik seperti cedera, dampak pendidikan seperti putus sekolah, dampak ekonomi seperti kerugian mata pencaharian, dan dampak psikososial seperti trauma dan penurunan semangat. Penanggulangan bencana diatur dalam siklus berdasarkan UU No. 34 tahun 2007, yang mencakup tahap pra bencana (pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan), saat bencana (tanggap darurat), dan pasca bencana (rehabilitasi dan pemulihan).

Membangun budaya sadar bencana sangatlah penting, termasuk pemahaman akan ancaman, sejarah terjadinya bencana, kearifan lokal dalam menghadapi bencana, kerentanan, dan kapasitas masyarakat dalam mengatasi bencana. Semua upaya ini bertujuan untuk mengurangi dampak buruk bencana dan melindungi penduduk Kabupaten Cianjur.

Sumber: Dokumentasi Mapach 2023

Setelah pematerian selesai, acara ditutup dengan doa, dilanjutkan dengan pemberian sertifikat kepada pihak BPBD Kabupaten Cianjur yang diserahkan oleh ketua pelaksana dan pemberian sertifikat kepada pihak Sekolah SMP PGRI Cugenang Yang diserahkan oleh ketua adat Mapach, kemudian diakhiri dengan sesi pemotretan.

Sumber: Dokumentasi Mapach 2023

Acara dilanjutkan dengan penelitian, Tim peneliti melakukan wawancara mendalam kepada Guru dan  Siswa untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan pendidikan setelah bencana. Pihak berwenang dari BPBD Kabupaten Cianjur juga dilibatkan menjadi sampel dalam penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif. Selain itu ada juga program open donasi yang menghimpun buku, alat tulis, dan perlengkapan lainnya untuk membantu perkembangan Pendidikan di SMP PGRI Cugenang.

Sumber: Dokumentasi Mapach 2023

Pada pukul 12.00 kami semua istirahat, sholat dan makan siang. Lalu sekitar pukul 15.00 kami berangkat menuju basechamp putri, keesokan harinya tanggal 29 Agustus 2023 sekitar pukul 07.00 kami melakukan cek kesehatan dan simaksi, Kemudian tiba di post 5 pukul 14.00. Setelah sampai di alun-alun Suryakencana kami mendirikan tenda, masak, makan bersama. Lalu pada malam harinya dilanjutkan dengan evaluasi dari angggota Penuh. Keesokan harinya tanggal 30 Agustus 2023, kami mulai summit pukul 04.00 dan tiba dipuncak sekitar 40 menit kemudian.

 

Sumber: Dokumentasi Mapach 2023

Menurut Diki “Nyorocos” Okdiansyah sebagai ketua pelaksana “ Acara ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pemulihan pendidikan setelah bencana gempa, serta mengidentifikasi solusi berkelanjutan untuk memperkuat ketahanan pendidikan di wilayah yang terdampak. Serta Membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi darurat”.

Sementara itu Muhammad Rasyid “Gurilem” Ketua Adat Mapach Menuturkan bahwa “kegiatan Diklanjut (Pendidikan Lanjutan) Merupakan kaderisasi tahap akhir yang wajib dijalankan Anggota Muda (AM) Mapach sebelum resmi menjadi anggota penuh. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat persatuan diantara anggota Mapach Sekaligus membekali anggota muda dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mempersiapkan mereka menjalankan roda kepengurusan berikutnya. Meskipun terdapat banyak kendala, tapi kalian mampu melewati itu semua. Saya yakin kalian semua mampu, maka dari itu saya Menaruh Kepercayaan dan Menitipkan Kepengurusan Berikutnya Pada Para Anggota Muda Brigade 38.. Sehingga saya bisa tenang saat waktunya saya lengser dan digantikan oleh ketua adat berikutnya. Tetaplah Mengabdi Pada alam dan Kemanusiaan. Mapach, Mapach, Mapach”.

Sumber: Dokumentasi Mapach 2023

Sebelum Mulai turun, diadakan evaluasi terlebih dahulu oleh Anggota Penuh kepada anggota muda. Kemudian ditutup dengan menyanyikan Hymne Mapach dengan suasana yang khidmat dipenuhi rasa haru dan bangga atas terlaksananya kegiatan Diklanjut ini. SALAM MAPACH (Silvi “Sepat” Amelia Widyarti & Nazhifatun “Bawang” Zulfa Nabilah”).