MENGENAL MAPACH: MENEMUKAN MAKNA MELALUI KEGIATAN DI MAPACH

Dokumentasi Mabim Ke-MAPACH-an
Sumber: Mapach (2025)

Sabtu (15/02/2025), telah dilaksanakan Masa Bimbingan (MABIM) Anggota Muda yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum (MAPACH) UPI Bandung. MABIM kali ini berisi pematerian mengenai Ke-MAPACH-an yang disampaikan langsung oleh ketua adat MAPACH Tahun 2024-2025, yaitu Diki “Nyorocos” Okdiansyah. MABIM ini dimulai pada pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB, yang bertempat di Sekretariat MAPACH. Tujuan diadakan kegiatan ini untuk memperkenalkan  MAPACH, memaknai MAPACH, serta memahami kilas balik mengenai MAPACH itu sendiri. Berjalannya MABIM ini dipandu oleh Masna “Nguyek” Bonita Hutabarat selaku moderator serta dihadiri oleh anggota muda dan pengurus lainnya.

Dalam pematerian ini, Diki “Nyorocos” Okdiansyah memaparkan bagaimana kilas balik MAPACH, yang pada awalnya hanya sebuah perkumpulan mahasiswa yang memiliki kegemaran di alam. Kemudian perkumpulan tersebut melahirkan sebuah komunitas MAPALA, yang diberi nama MAPACH. Nama MAPACH ini merupakan buah pemikiran dari tiga tokoh pioner MAPACH, yakni Herman Eka Permana, Adang Rujiana dan Ahmad Isrona. Bermula dari perkumpulan biasa, kemudian diperkuat dalam balutan sebuah komunitas, MAPACH berhasil melahirkan generasi-generasi unggul yang membuat nama MAPACH menjadi besar dan penuh makna sampai sekarang. Hal ini didasarkan pada kegiatan-kegiatan di MAPACH yang mampu menumbuhkan rasa saling memiliki (sense of community), karena MAPACH sendiri selalu menekankan pentingnya solidaritas, tanggung jawab dan kekeluargaan. 

Kegemarannya selain pada alam, MAPACH juga memiliki fokustrasi kegiatan yang membedakannya dengan Organisasi Pencinta Alam (OPA) lainnya. Dimana MAPACH memiliki fokustrasi pada kemanusiaan, sehingga dalam berkegiatan MAPACH tidak hanya sebatas menyalurkan hobi, tetapi bagaimana agar dirinya dapat memberikan kebermanfaatan, khususnya terhadap sesama makhluk-Nya. Fokustrasi kemanusiaan juga sebagai wujud dalam mengimplementasikan ilmu yang diterima selaku mahasiswa program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dimana laboratorium PPKn selaku rumpun ilmu sosial ialah masyarakat dan melalui MAPACH kita dapat mempraktikan ilmu yang kita punya. Lebih spesifiknya lagi, fokustrasi ini terimplementasikan dalam kegiatan sosiologi pedesaan. Melalui sosiologi pedesaan, kita dapat melakukan observasi secara langsung terhadap permasalahan yang ada di suatu masyarakat, sekaligus memberikan alternatif solusi untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut.

Terkait dengan periode kepengurusan sekarang, Diki “Nyorocos” Okdiansyah juga menyampaikan bagaimana visi misinya guna menjaga dan memperluas eksistensi MAPACH dan diharapkan agar visi tersebut bukan sekedar omong kosong belaka, melainkan dapat teraktualisasi dalam setiap diri anggota MAPACH. Akhir kata, ia menuturkan bahwa “Melalui visi ARUTALA, saya percaya bahwa setiap individu anggota MAPACH memiliki cita-cita yang tinggi, besar, dan mulia, sesuai dengan makna dari istilah ARUTALA itu sendiri. Maka, mari kita sama-sama jaga dan terus besarkan nama MAPACH ini. Kita perkuat basisnya dan perlebar juga sayapnya. Kalo bukan sama kita sama siapa lagi?”. SALAM MAPACH! (Dodoh “Tumpah” Siti Saadah)

Post a Comment

0 Comments