MAPACH

MAPACH

MENGUASAI WALL CLIMBING & SINGLE ROPE TECHNNIQUE: TEKNIK DAN ALAT YANG WAJIB DIKETAHUI

 



Dokumentasi Mabim WC 
Sumber: Mapach (2025)

Jum’at (21/02/2025), telah dilaksanakan Masa Bimbingan (MABIM) Anggota Muda yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Pecinta Alam Civics Hukum (MAPACH) UPI Bandung. Agenda MABIM kali ini berisi dua pematerian sekaligus praktik, yaitu Wall Climbing (WC) dan Single Rope Technnique (SRT), dengan tema yang diusung “Pengenalan Kembali Wall Climbing dan Teknik Single Rope Technnique: Teknik dan Alat yang Digunakan”. Pematerian pertama, wall climbing diisi oleh Kang Zilan dan Kang Faiq merupakan anggota PAMOR UPI, pematerian sekaligus praktik dimulai pada pukul 14.00-17.00 WIB bertempat di depan papan panjat Torak Rimba, Universitas Pasundan. Kemudian pematerian kedua, single rope technnique diisi oleh Kang Japo merupakan anggota Torak Rimba UNPAS, pematerian sekaligus praktik dimulai pada pukul 18.30-21.00 WIB bertempat di depan sekretariat Torak Rimba, UNPAS. Tujuan diadakan mabim ini agar anggota muda dapat mengenali peralatan dan teknik yang digunakan dalam WC dan SRT dengan baik. Mabim ini dimoderatori oleh Epi “Kucai” Pitriani serta dihadiri oleh anggota muda, Torak Rimba dan pengurus MAPACH lainnya.


Dokumentasi Pengenalan Alat
Sumber: Mapach (2025)

Pada pematerian wall climbing, Kang Faiq dan Kang Zilan menperkenalkan alat-alat yang biasa digunakan dalam memanjat, seperti sepatu panjat, chock bag/calk bag, seat harness, belay device, sarung tangan, carabiners, webbing, tali dinamis, tali statis, helmet, descender, tali prusik, matras dan runner. Kemudian, Kang Faiq dan Kang Zilan menjelaskan simpul yang biasa digunakan, seperti simpul delapan ganda, simpul delapan tunggal, simpul pangkal, simpul jangkar, simpul pita, simpul mati, dan lainnya.

Dalam memanjat diperlukan keterampilan gerakan teknis serta kekuatan otot. Untuk menciptakan gerakan yang tidak kaku, maka sebelum memanjat terlebih dahulu melakukan pemanasan. Terdapat beberapa teknik pegangan dalam memanjat, seperti open hand grip (pegangan dengan telapak tangan terbuka), crimp grip (pegangan dengan jari-jari melengkung), pinch grip (pegangan menggunakan ibu jari dan jari lainnya), dan sloper grip (pegangan datar atau miring tanpa adanya celah yang jelas). Kemudian dalam memanjat juga terdapat beberapa posisi tubuh yang umumnya dilakukan, yaitu center of gravity (posisi tubuh tetap dekat dengan dinding) agar pusat gravitasi tetap di atas kaki serta dapat mengurangi beban pada tangan dan lengan, flexed kness (posisi lutut ditekuk) untuk mendistribusikan berat badan dan menggunakan kaki secara maksimal untuk mendorong tubuh ke atas, hips close to the wall (posisi pinggul tetap dekat dengan dinding) guna menjaga keseimbangan dan mengurangi ketegangan pada lengan, dan falgging (posisi salah satu kaki jauh dari dinding dan mengarahkannya ke luar) guna menstabilkan gerakan.  

Selain memahami  gerakan teknis, diperlukan juga obervasi permukaan pada dinding atau tebing yang hendak digunakan agar dapat merencanakan rute, poin yang digunakan dan membayangkan gerakan langkah yang akan diambil. Kemudian menjaga ketenangan ketika memanjat merupakan hal penting yang harus dilakukan, terutama bagi pemanjat pemula agar tubuh tetap rileks, fokus dan sebagai upaya menghindari ketegangan.


Dokumentasi Pemasangan Alat
Sumber: Mapach (2025)

Pada pematerian single rope technique, Kang Japo memberikan pemahaman bahwa SRT ini umumnya digunakan ketika susur goa atau caving, bahkan sering juga dilakukan dalam aksi penyelamatan. Peralatan yang digunakan dalam SRT hampir sama dengan WC, tetapi terdapat peralatan yang membedakan, yaitu adanya ascender dan hanya menggunakan satu tali. Teknik utama yang biasanya digunakan dalam SRT, yaitu menggunakan simpul prusik atau alat khusus (prusik knot) untuk menaiki tali dengan cara mengunci dan menarik tali, sehingga pendaki bisa naik dengan langkah bertahap. Kemudian menggunakan alat ascender (hand dan foot ascender) yang mengunci tali dan memungkinkan pendaki untuk menaikkan tubuh secara vertikal tanpa tergelincir turun. Lalu, menggunakan alat descender (seperti ATC atau figure-eight) untuk menuruni tali dengan kontrol kecepatan agar dapat memastikan penurunan aman. Dalam SRT terdapat teknik menyusun titik pengaman (anchor) yang kuat dan stabil guna menghubungkan tali dengan permukaan dan memastikan keselamatan. Sementara, tali prusik digunakan sebagai cadangan pengaman apabila terjadi kegagalan pada alat utama (ascender atau descender).


Dokumentasi Mabim SRT
Sumber: Mapach (2025)

 Sama halnya dengan WC, dalam SRT juga dibutuhkan ketenangan guna menghindari ketegangan atau ketakutan berlebih. Pada dasarnya kegiatan apapun yang dilakukan harus mengacu pada rangkaian teknis, serta dibutuhkan keyakinan akan kemampuan diri sendiri, keyakinan akan penggunaan alat yang sudah sesuai, dan terutama keyakinan pada Tuhan. SALAM MAPACH!!! (Dodoh "Tumpah" Siti Saadah)

 






Post a Comment

0 Comments