Pada hari Jum'at 26 April 2025 bertempat di Tebing 90 Padalarang, Brigade Griya Panca Badrika melakukan masa bimbingan (mabim) rock climbing guna melatih mental sekaligus kepercayaan diri kita, tidak lupa yang terlahir yaitu menikmati ciptaan tuhan. Pemateri pada kegiatan ini diisi oleh kang Diki "Nyoroscos" Okdiansyah selaku ketua adat MAPACH periode 2024/2025. Sebelum praktek, kita mengulas lagi pematerian sebelumnya dan mengenal fungsi-fungsi alat. Biasanya melakukan rock climbing dipraktikan oleh 2 orang, yaitu pemanjat dan belayer.
Terdapat beberapa mode dalam rock climbing yang kami praktekan, yaitu:
1. Top rope
Top rope aadalah
bentuk panjat tebing di mana tali pengaman sudah terpasang di atas rute, dan
pemanjat terikat pada tali tersebut saat memanjat. Tali dihubungkan dengan
seorang belayer yang berada di bawah, yang bertugas untuk mengamankan pemanjat
jika terjatuh.
2. Lead
Jika top rope melakukan pemanjatan langsung dengan tali
panjat yang sudah ditempel diatas, lead inilah yang memasangkan tali tersebut,
pemanjatan cukup sulit karena kita harus memasang runner di hanger yang sudah
ada di tebing lalu kita memasangkan tali yang di pasangkan kebadan dari
belakang runner, kenapa demikian? Supaya safety ketika terjadi sesuatu kita tidak
langsung kebawah karena tali tertahan dengan runner.
3. Clear
Clear adalah proses pembersihan alat setelah pemanjatan (baik top rope maupun lead). Proses ini dimulai dengan memanjat kembali ke atas seperti saat top rope. Jika tali terpasang pada runner di puncak, pemanjat harus mengambilnya.
Pertama-tama, sebelum melepaskan
tali dari tubuh, pemanjat wajib mengamankan diri dengan memasang pengaman
(biasanya sling dan snap) ke maillon rapide di atas, memastikan keamanannya.
Setelah itu, barulah tali dilepaskan dari harness dengan hati-hati agar tidak
jatuh ke bawah. Selanjutnya, tali dipasang ke maillon rapide, dan runner yang
ada di puncak dicabut. Saat turun, pemanjat mencabut semua alat yang masih
tersisa di jalur, memastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah seluruh alat
dibersihkan, tali dapat ditarik ke bawah.
Adapun disela-sela itu kami juga mendapatkan wawasan yang lebih dari Cuy Apud (Torak Rimba, UNPAS) terkait artificial. Artificial
adalah teknik panjat tebing di mana pemanjat menggunakan alat bantu buatan
seperti runner, hanger, dan sling untuk membantu naik. Alat ini tidak hanya untuk
proteksi, tetapi juga digunakan sebagai pijakan atau pegangan, biasanya
dilakukan 2 orang atau lebih. Pemanjatan
selanjutnya sebagai leader lalu yang dibawah sebagai belayer terlebih dahulu
sebelum memanjat.
Jadi, kesimpulannya rock climbing
adalah olahraga memanjat tebing yang melatih mental, fisik, dan kepercayaan
diri. Saat praktiknya, terdapat beberapa teknik seperti Top rope, di mana tali
pengaman sudah terpasang di atas dan pemanjat diamankan oleh belayer; Lead,
yaitu pemanjatan sambil memasang tali pengaman sendiri pada hanger di Tebing;
serta Clear, yaitu proses membersihkan alat-alat setelah pemanjatan. Selain
itu, peserta juga mendapat tambahan materi tentang Artificial, yaitu teknik
memanjat dengan bantuan alat buatan sebagai pijakan atau pegangan untuk
membantu naik.
Kegiatan ini berlangsung dengan
lancar dan mendapat antusiasme tinggi dari para peserta. Mereka secara aktif
berdiskusi dan mempraktikkan teknik-teknik rock climbing seperti top rope,
lead, clear, serta materi tambahan tentang artificial climbing yang telah
disampaikan oleh para pemateri. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan peserta
dapat mengembangkan keterampilan panjat tebing mereka dan mengaplikasikannya
dalam kegiatan organisasi maupun aktivitas pribadi di bidang kealaman. SALAM
MAPACH!!! (Apdal “Sobe” Fahrujaman)
0 Comments